Bagaimana mengetahui jatidiri? Dengan memahami lebih dalam tentang diri kita. Memahami bagaimana kita terbuat, dan kemudian belajar menggunakan kekuatan hebat yang terdapat dalam diri. Kekuatan itu terdapat dalam benak pikiran (mind). Ini terdiri dari 3 bagian.
Tak seorangpun secara sadar memilih mengubur dirinya dengan sesuatu yang diyakininya akan menyakiti dirinya. Jadi, adanya masalah adalah karena sesuatu dimasa lalu yang diharapkan terjadi namun kejadiannya tidak sesuai harapan. Kondisi tersebut secara otomatis terekam di alam bawah sadar, berurat berakar (karena dipikirkan terus plus diberikan emosi lebih) hingga muncul dikemudian hari sebagai yang disebut problem.
Kunci memahami kehidupan dalam dimensi waktu dan ruang adalah memahami bahwa semua ini (realitas kekinian) berasal dari dunia magis dalam diri kita sendiri yang kita ciptakan melalui keyakinan kita. Artinya...... ? Bila seseorang belum mendapat kehidupan idaman, hal tersebut hanya berarti bahwa telah terjadi ketidakselarasan antara harapan, niat baik dengan keyakinan yang dimiliki.
Sering kita mendengar kata-kata agar kita menggunakan daya pikir kita. Contoh : “mbok yo mikir to”. Padahal, tanpa dimintapun kita selalu mikir. Nah... dari konteks ini, sepertinya yang dimaksud adalah agar kita menggunakan kekuatan alat pikir dengan benar atau berpikiran benar. Kalau demikian, bagaimana ceritanya sampai dengan kita dapat berpikir secara benar.
Diawali dengan potongan-potongan pengertian atau pemahaman yang nampaknya seperti puzzle. Dan akan bermanfaat lebih bila di olah lagi agar memiliki pemahaman baru yang lebih luas. Apa yang sudah diketahui ? kurang lebih seperti ini:
“Seorang PNS yang rajin mentaati ketentuan jam kerja tapi tidak dapat mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan dibandingkan seorang PNS kurang mentaati ketentuan jam kerja tapi dapat mencapai kerja pegawai yang ditetapkan, mana yang lebih baik, mana yang harus dikenakan sanksi hukuman disiplin?”
Perbandingan seperti hal tersebut di atas adalah perbandingan yang keliru tetapi sering menjadi wacana yang terlontar dalam penjatuhan sanksi hukuman disiplin PNS.
Motif ini muncul karena adanya keyakinan yang membatasi yang berasal dari konsep kekurangan. Keyakinan ini muncul karena kita berfokus pada kondisi fisik yang menyatakan bahwa bila kita memberi, maka milik kita (fisik) akan berkurang jumlahnya. Contohnya uang yang ada dalam dompet dan dipakai untuk beli, secara indra fisik kita ambil uang itu dan nampak berkurang. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa dompet itu selalu (otomatis) terisi kembali, meskipun kita masih memiliki keyakinan yang membatasi. Itulah kerja semesta yang penuh kasih bahkan ketika kita masih punya keyakinan yang membatasi.
Jadi .... apa yang terjadi bila memiliki keyakinan yang memberdayakan? Yaitu keyakinan seperti “bila memberi kita otomatis menerima”, pastinya dompet akan diisi lebih banyak lagi. Contoh ketika kita memberikan jasa Pegawai maka kita menerima gaji sebagai Pegawai. Ketika ada yang pertanyaan : nyatanya ada yang memberikan jasa tapi nggak dibayar. Disamping persentasenya pasti sangat kecil (bisa disebut masih berfokus pada kekurangan), kondisi ini hanya berarti ..... saatnya untuk belajar memahami yang sebenarnya terjadi.
Sejarah membuktikan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia merupakan faktor determinan ( penentu ) tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa. Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, China dan sederet negara maju lainnya yang kekayaan alamnya tidak melimpah seperti negara kita Indonesia, saat ini menjadi negara adidaya yang diperhitungkan di kawasan Asia bahkan Dunia.
(Small tips for people who getting nervous to face rapid changes in the world)
Sudah sejak dilahirkan di dunia, manusia ingin dihargai. Apalagi pemimpin. Akan tetapi bagaimanakah bisa manusia dihargai? Bahkan beberapa orang mungkin kebingungan dengan hal lainnya seperti popularitas/populer.
Untuk dihargai, anda tidak mungkin menuntutnya dari orang-orang lain agar menghargai anda, meskipun beberapa orang mencobanya. Satu-satunya cara agar orang dihargai adalah dengan menjadi orang yang layak dihargai.